.jpg)
Abu Lahab bernama asli Abdu Uzza bin Abdul Muthalib, saudara
dari Abdullah ayah Rasulullah SAW. Meskipun termasuk keluarga dekat Rasulullah
SAW, dia dan istrinya, Ummu Jamil Hindun binti Harb, amat memusuhi Rasulullah
SAW dan dakwahnya. Saking kerasnya mereka berdua menentang Rasulullah SAW,
sampai-sampai ketika di dunia pun mereka telah dicap sebagai ahli neraka. Allah
SWT berfirman “Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa.
Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak dia
akan masuk ke dalam api yang bergejolak.” (QS. Al Lahab : 1-3)
Hal itu terkait sebagaimana yang terdapat dalam suatu hadits
yang diriwayatkan Imam Bukhari yang bersumber dari Ibnu Abbas bahwa suatu
ketika Rasulullah SAW naik ke bukit Shafa sambil berseru, “Mari berkumpul pada
pagi hari ini.” Maka berkumpullah kaum Quraisy. Rasulullah SAW bersabda,
“Bagaimana pendapat kalian, seandainya aku beritahu bahwa musuh akan datang besok
pagi atau petang, apakah kalian percaya kepadaku?” Kaum Quraisy menjawab,
“Pasti kami percaya, sebab tidak kami dapati engkau berdusta.” Rasulullah SAW
bersabda, “Aku peringatkan kalian bahwa siksa Allah yang dahsyat akan datang.”
Berkatalah Abu Lahab, “Celaka engkau! Apakah hanya untuk ini, engkau kumpulkan
kami?” Maka turunlah ayat diatas (QS. Al Lahab : 1-3) berkenaan dengan
peristiwa yang melukiskan bahwa kecelakaan itu akan terkena kepada orang yang
memfitnah dan menghalang-halangi agama Allah.
Abu Lahab yang dalam Al Qur’an telah dicap sebagai ahli neraka
ternyata masih mendapatkan keringanan dari Allah SWT atas siksanya. Setiap hari
Senin (karena merupakan hari kelahiran Raslullah SAW), Abu Lahab mendapatkan
keringanan siksanya di neraka karena pada saat kelahiran Rasulullah SAW dia
merasa gembira dengan memerdekakan hamba sahayanya. Masya Allah. Jika Abu Lahab
saja yang ahli neraka masih dapat mendapatkan keringanan siksa neraka karena
pernah satu kali bergembira atas kelahiran Rasulullah SAW, lalu bagaimanakah
dengan orang yang sepanjang hidupnya bergembira dengan kelahiran Rasulullah SAW
dan mati dalam keadaan Islam? Sangat mustahil bagi Allah SWT untuk tidak
menepati janji-Nya.
Sumber: Hauhal Ihtifal bil Mauliddin Nabawi Asy Syarif Sayyid Muhammad bin Alawi
Al Maliki Al Hasani
Posted: Tgk. Edi Syuhada Guru Dayah Darul Ihsan
Posting Komentar